Wawancara: Keroncong Protol
Pada Tjroeng edisi sebelumnya, redaksi menerbitkan artikel pendek mengenai lagu Keroncong Protol. Kali ini reporter Tjroeng (Tjroeng) dapat bertemu dan berbincang-bincang langsung dengan Bondan And Fade 2 Black—pencipta sekaligus penyanyi lagu tersebut. Kolaborasi antara Bondan Prakoso (Bondan) dan Fade 2 Black (F2B) yang beranggotakan Eza, Tito dan Ari ini merilis album yang berjudul Unity pada Desember 2007 lalu. Di dalam album itulah lagu keroncong protol yang mereka sebut nyeleneh dan sruntulan itu berada.
Berikut adalah petikan wawancaranya.
Tjroeng: Apa sih arti “keroncong protol”?
Bondan: Protol itu diambil dari Bahasa Jawa, yang artinya lepas, tidak lengkap. Sebenarnya kata ini biasa dipakai di keluarga saya. Kalau sedang ada acara keluarga, paman-paman saya sering memainkan musik keroncong dengan alat musik yang tidak lengkap. Biasanya trio atau pun kuartet saja. Kami menyebutnya keroncong protolan, maksudnya adalah keroncong yang tidak lengkap. Nah kami menamakan lagu ini keroncong protol juga karena lagu ini adalah lagu keroncong yang tidak sempurna, yang tidak lengkap, tetapi justru dicampur dengan musik rap, alat musik modern, dan ditambah dengan suling Sunda.
Tjroeng: Darimana ide untuk membawakan musik berelemen keroncong?
Bondan: Ide awalnya adalah dari saya. Sejak kecil memang saya tidak asing dengan musik keroncong. Ibu dan nenek saya adalah penyanyi keroncong, sedangkan kakek adalah pemain kontra bass. Paman-paman juga sering bermain musik keroncong, sehingga sejak dulu saya memang berkeinginan untuk membuat lagu keroncong.
F2B: Selain itu, kami dari F2B berkeyakinan bahwa lagu rap bisa dinyanyikan di atas musik apa pun. Seperti pada album pertama, lagu rap dinyanyikan dengan musik hip-hop, RnB, punk-rock, jazz, pop, chacha, bahkan akustik. Sampai akhirnya Bondan mencetuskan ide untuk menggabungkan obsesinya bermusik keroncong dengan keyakinan kami tersebut. Kebetulan musik rap memang belum pernah dikolaborasikan dengan musik keroncong. Di lagu inilah keinginan tersebut terwujud. Lagu ini bisa disebut sebagai perwujudan keinginan Bondan berkeroncong sekaligus sebagai pembuktian keyakinan kami bahwa rap memang fleksibel terhadap musik apa pun.
Tjroeng: Ada kesulitan dalam proses pembuatan lagu ini?
F2B: Anggota F2B sebenarnya masih sangat asing dengan musik keroncong. Sehingga reaksi awal kami adalah kaget. Kami kesulitan dalam mengikuti beat keroncong. Rapper bisa nge-rap (bernyanyi rap.red) jika ada beat yang tegas. Sedangkan keroncong tidak memiliki beat tegas karena tidak memiliki alat musik perkusi. Karena itu akhirnya beat lagu ini dipertegas dengan adanya drum. Setelah melalui diskusi panjang dan saling mengoreksi di antara kami, akhirnya lagu ini bisa terselesaikan.
Tjroeng: Kalian mengaku asing dengan musik keroncong. Selama ini musik apa yang sering kalian dengarkan, dan siapa inspirasi bermusik kalian?
Tito: Saya suka mendengarkan musik-musik tahun ’80-an. Inspirasi bermusik saya adalah ibu dan kakak. Merekalah yang membuat saya suka dengan lagu-lagu era ‘80an tersebut.
Ari: Saya banyak dipengaruhi oleh teman-teman dalam bermusik hip-hop.
Bondan: Inspirasi musik saya adalah bapak. Dari kecil saya dibiasakan untuk mendengarkan lagu-lagu The Police, Chicago, Led Zeppelin, James Brown, dan sebagainya. Sehingga kini pun arah musik saya cenderung ke punk dan rock.
Tjroeng: Ada ketakutan menjadi tidak laku karena memilih musik keroncong sebagai salah satu lagu andalan di album terbaru kalian?
Bondan: Kami tidak pernah berpikir sampai ke sana. Yang penting kami berkarya secara jujur dan maksimal. Prinsip kami asalkan lagu tersebut tidak terkesan dipaksakan dan hanya sekedar tempelan di sana-sini (musik keroncongnya bukan hanya sekedar tempelan, tetapi memang dikolaborasikan.red). Terbukti bahwa pendengar suka dengan lagu ini. Mereka bilang lagu ini unik.
Tjroeng: Kenapa justru lagu keroncong protol yang dipilih sebagai salah satu lagu andalan?
F2B: Awalnya ada tiga kandidat lagu, yaitu lagu “R.I.P” yang berirama balada, lagu “Xpresikan” yang berelemen reggae, dan keroncong protol sendiri. Setelah survey dan pembicaraan panjang dari pihak artis dan label, akhirnya diputuskan untuk memilih keroncong protol, dengan alasan unik.
Tjroeng: Apakah ada misi khusus memunculkan lagu berelemen keroncong dalam album ini?
Bondan: Awalnya sih tidak ada misi khusus. Kami hanya ingin sekedar mempertahankan eksistensi kami di dunia musik dengan memilih warna musik yang berbeda. Sampai pada suatu hari saya mendengar wawancara Gesang di radio. Pada waktu itu Gesang masih sakit. Dengan suara yang terbata-bata beliau berpesan agar generasi muda tidak melupakan keroncong dan kembali mendengarkan keroncong agar musik ini tidak “mati”. Ini adalah momen yang pas, dikala kami merilis lagu keroncong protol, lalu Gesang berkata demikian. Pada akhirnya mensosialisasikan keroncong termasuk dalam misi kami. Sejak itu setiap kami membawakan lagu ini pada pertunjukan langsung, kami selalu berpesan kepada penonton agar mempertahankan budaya lokal yang kita miliki, salah satunya adalah dengan mulai mendengarkan keroncong kembali. Sebagai penghormatan, album kedua ini kami dedikasikan kepada Gesang.
Tjroeng: Bagaimana tanggapan penggemar atas lagu keroncong Protol?
F2B: Sebelum album dirilis, kami pernah membawakan lagu ini di Bali dan Makasar. Penonton di sana ternyata masih asing dengan lagu keroncong, sehingga tanggapan mereka biasa-biasa saja. Tetapi setelah album dirilis dan lagunya sering diputar di radio-radio, sambutan penggemar sangat baik. Bahkan anak-anak SMP dan SMA memberi tanggapan yang di luar dugaan. Mereka ikut bernyanyi, dan terlihat sangat menikmati. Terbukti kan bahwa musik keroncong memang tidak mati dan bisa dinikmati lintas generasi.