Prasitoresmi : sang penari yang menyanyi keroncong
Prasitoresmi!!! Bukanlah nama yang populer dalam dunia keroncong Indonesia, apalagi dunia. Tidak banyak yang mengenal nama tersebut. Hal itu akan berubah jika nama Mamiek Marsudi yang disebut, maka segera orang teringat pada sosok perempuan manis dengan suara merdu mendayu.
Berbagai Negara telah dikunjunginya sebagai duta dalam misi kebudayaan, khususnya dalam dua jenis kesenian yang dikuasainya, menari dan menyanyi keroncong.
Perkenalan Mamiek Marsudi dengan musik keroncong belumlah lama, itu pun dimulai dengan ketidak sengajaan. Ketertarikan Mamiek pada musik keroncong dimulai ketika sang suami, Marsudi membawa oleh-oleh kaset keroncong hasil pemberian Manajer Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun 1983, Anton. Salah satu lagu memikatnya. Keroncong Bunga Sekuntum.
Hafal satu lagu, menjadi bekal yang mendasari Mamiek untuk mengikuti lomba menyanyi se Kelurahan Dukuh, di mana ia tinggal. Suara emas yang belum terasah itu pada akhirnya menjadi Juara I. Lomba 17 Agustus-an Tingkat Kelurahan mebawa Mamiek menapak ke jenjang yang lebih tinggi, karena selepas menjadi pemenang, Mamiek bergabung dengan orkes keroncong pegiring sewaktu lomba. Bakat semakin terasah.
Dari Wajah Baru hingga BRTV
Sososk Mamiek Marsudi dalam dunia keroncong malah lebih banyak di-support oleh sang ibu, melalui jalur organisasi kantor sang ibu yang memiliki group musik keroncong itulah Mamiek semakin bersinar. Mamiek bersama group keroncong di kantor sang itu mengikuti audisi di TVRI, dan akhirnya membawa Mamiek ke layer kaca pertama kali dalam acara Wajah Baru. “Saat itu kalau mau tampil, harus mengisi formulir dulu, dan menunggu teepon sampai dapat jadwal untuk tampil di TVRI. Jadi dulu itu tidak mudah untuk bisa menyanyi di TVRI,” paparnya.
Kemampuan bernyanyi keroncong memang tidak terlepas dari kondisi lingkungannya. Saat masih bergelut dengan dunia tari jawa tradisional, di bawah bimbingan Maestro Tari, Retno Maruti, Mamiek juga mendapat latihan nembangJawa. Cengkok tembang Jawa inilah yang memudahkannya bernyanyi keroncong.
Bermula dari Wajah Baru, suar merdu itu semakin terasah. Latihan keras menjadikan Mamiek Marsudi semakin berkualitas. Support dan arahan dari Budiman BJ sangat membantu Mamiek dalam mengingkatkan kapasitasnya sebagai penyanyi, terlebih meningkatkan self confidance-nya. Jatuh bangun dalam berbagai lomba pun dilaluinya. Sehingga pada lomba Keroncong menyanbut HUT PKBI ke-28 di tahun 1985 se-Jabotabek, ia menggondol Juara II.
Kisah sukses terus berlanjut, manakala dilaksanakan Lomba Bintang Radio dan Televisi (BRTV) tahun 1986. Rasa penasaran yang menggumpal menjadikan Mamiek terus mengiji kemampuan diri. Babak demi babak dilalui, hingga masuk ke 5 besar yang maji ke final BRTV, dan bersaing dengan Tuti Maryati, Wiwiek Sriono, Jenny Arbian dan Christine. Juara III BRTV diraihnya.
Duta Kebudayaan menyanyi di kamar mandi
Dukungan Marsudi (alm) kepada Mamiek sangat besar, khususnya dalam hal tari, bukan dalam musik keroncong. Sehingga di saat menjadi Duta Kebudayaan sebagai penari, support kepada Mamiek sangatlah besar. Sehingga, potensi suara emasnya menjadi sedikit banyak terkubur.
“Kala itu, almarhum suami hanya membolehkan menyanyi keroncong sebagai hobby, tidak sebagai penyanyi. Maka, saya tidak punya jam terbang menyanyi, dan profesi tetap hanya boleh sebagai penari traditional saja yang tidak banyak menyita waktu. Menyanyi tampil di TV saja boleh. Di sisi lain, mungkin juga karena anak-anak masih kecil dan masih sangat membutuhkan perhatian dan bimbingan seorang ibu, jadi khawatir, kalau saya jadi penyanyi nanti engga sempat atau engga punya waktu mengurus anak,” paparnya sambil mengenang masa lalu.
“Walau tidak diberi kesempatan banyak ikut latihan (keroncong-red) di luar, tapi kalau laop-laop (teriak-teriak-red) sekuat tenaga di rumah sih tidak masalah. Dan untuk melampiaskan keinginan nyanyiku, aku rajin beli kaset-kaset keroncong. Setiap ada kesempatan nyanyi, setel kaset, sambil belajar menghafalkan baik kaset keroncong, kadang tembang-tembang Jawa, engga masalah, yang penting tidak keluar rumah. Dan kalau aku masuk kamar mandi, terus aku menyanyi di kamar mandi, almarhum terus bilang ama anak-anak, wah, alamat lama nih ibu mandinya kalau pakai nyanyi,” lanjutnya hening.
Latihan di kamar mandi inilah yang kemudian menggema di berbagai gedung seni pertunjukan, baik di Istana Negara, hingga ke pelosok benua, Asia, Australia, Amerika dan Eropa.
Pada penampilan di Perancis, sang Manajer gedung itu menyempatkan menemui rombongan dan berkata, bahwa ia sudah sering mendengar lagu Bengawan Solo, namun belum pernah mendengar Bengawan Solo seperti yang barusan dinyanyikan, seraya menunjuk ke arah Mamiek Marsudi sang penyanyi. Menurut penuturan Mamiek, bisa jadi sang manajer panggung belum pernah mendengarkan lagu Bengawan Solo dengan iringan musik keroncong asli.
Menatap masa depan keroncong
”Benar, anak-anak saya tidak ada yang mengikuti jalur musik keroncong, namun saya berharap banyak bahwa perkembangan. Jujur saya tidak terlalu yakin kondisi yang sebenarnya. Karena memang saya tidak terlalu terjun langsung di organisasi keroncong. Lagipula perkembangan di Jakarta dan di daerah sepertinya berbeda. Justru saya malah banyak tahu dari membaca di email komunitas keroncong, internet, juga di buletin Tjroeng, kelihatannya di daerah lebih bagus perkembangannya, juga organisasinya,” ketika Mamiek mencoba memaparkan pandangannya terhadap masa depan keroncong.
Realitas yang dihadapinya dan dijalani seorang Mamiek Marsudi seolah menjelaskan bahwa keroncong masih belum menjadi sajian umum. ”Kalau dari sisi ‘job’, tuk keroncong, saya sangat prihatin, dalam 10 tahun saya sebagai MC Pengantin Adat Jawa. Dalam setiap acara resepsi, hampir tidak ada yang pakai musik group Keroncong, . Dalam 10 tahun menjadi MC, saya hanya menemukan 3 kali yang memakai musik keroncong, itupun salah satunya ketika mbak Tuti (Tuti Maryati) mantu,” jelasnya dengan nada datar.
Dan sebuah gitar yang tergeletak di sofa, menantang untuk dicabik dawai-dawainya. Sehingga dentingnya mampu menembus relung-relung hati. Dentingan melodi gitar dan lincah petikan cello megajak semua untuk bernyanyi keroncong. Rindang pohon di depan rumah Mamiek Marsudi akan menjadi peneduh jiwa-jiwa keroncong yang gersang, dan semoga bisa menjadi penghilang dahaga manakala kehausan. (mboets)
Biodata
Nama Lengkap |
: |
Prasitoresmi |
Nama Pangilan |
: |
Mamiek Marsudi |
Tempat tanggal Lahir |
: |
Yogyakarta, 9 Juli 1956 |
Suami |
: |
Marsudi (almarhum) |
Anak |
: |
Jonet Sri Untoro (30 thn) Daru Hanurdoyo (27 thn) |
Alamat |
: |
Jln. Dukuh III/15. RT.002/005, ,Kramat Jati. Jakarta Timur 13550. |
Pekerjaan |
: |
MC Pengantin Adat Jawa Penyanyi Keroncong dan Campursari |
Diskografi |
: |
1988 GNP Dari masa ke Masa Vol. 5 (2 lagu) GNP Dari Masa ke Masa Vol. 6 (2 lagu) 1999 Boulevard Album Emas CSGK ( Campur Sari Gunung Kidul ) dengan Manthous : 5 lagu 2007 GNP Parade Bintang Keroncong (2 lagu) Keroncong Jenaka 2009 Smart Lagu Campursari (11 lagu) sedang dalam proses. |
bul piyayi jogja ta iki
Dalem ipun Jogja pundi nggih?…
Artikelnya sangat menarik