ZAMAN PRA KERONCONG / MORESCO MUSIC

Kedatangan bangsa Portugis di tahun 1512 ke Jayakarta atau Batavia atau Jakarta bertujuan mencari rempah-rempah. Pada masanya, Jayakarta menjadi tumpuan para pedagang asing dari Belanda, Inggris, Spanyol, China, dan juga Arab. “Cara hidup” para pedagang dari berbagai bangsa mewarnai keseharian penduduk Jayakarta, baik dari aspek sosio-budaya, termasuk dalam hal ini Musik dan Tarian.
Penaklukan Portugis oleh Belanda pada tahun 1641 di Malaka, dan dari data sejarah, para serdadu Portugis berasal dari India dan “Portugis Hitam” yang berasal dari Moor (Afrika Utara) dibawa sebagai tawanan perang ke Batavia dan dijanjikan kebebasan asalkan memeluk agama Protestan yg menjadi dasar agama Belanda saat itu. Orang-orang keturunan Portugis inilah yang akan menurunkun musik keroncong secara tidak langsung. Mereka membawa instrumen yang lebih kecil dari gitar dan dinamakan Rajao (berdawai lima) dan juga Pandeiro (sejenis rebana). Beserta seruling mereka memainkan musik ala orang Moor yang disebut Moresco Music (Musik Moresko) oleh orang-orang Barat.
Rajao, di lain pihak diberi nama ‘Krontjong” oleh orang-orang keturunan Portugis, yang berasal dari nama bunyi (nomen klatuur). Perlu diketahui bahwa Musik Moresko yang ada di Tugu tersebut berbeda dengan Moresco yang sering dimainkan di Portugis dan Spanyol. Musik tersebut telah berubah menjadi ”Local Folk Music” dengan cara memainkannya yang berbeda dengan aslinya. Lagu-lagu dan Musik Moresko ini menarik perhatian orang-orang bukan Portugis di Batavia dan mereka mulai menambahkan beberapa alat musik, diantaranya double bass, cello, flute, dan violin.
Pada saat itulah Musik Keroncong telah bertukar menjadi sebuah musik “unik” karena double bass dan cello tidak dimainkan secara “digesek” melainkan “dipetik”, dan mereka memainkan musik Moresko, musik Belanda, dan juga Musik Klassik. Musik ini menjadi terkenal di Batavia dengan kemajemukan masyarakatnya, dan juga dengan berbagai macam budayanya. Hal ini membawa perkembangan luas yang penting untuk kebudayaan Indonesia di masa itu yaitu perwujudannya Gambang Keromong dan juga Keroncong dalam bentuk Langgam dengan langgam Jawa sebagai “fore runner” nya yang kemudiannya menyebar ke seluruh pelosok Nusantara disertai dengan ciri2 khas “kedaerahan”nya, misalnya orang2 Maluku menambahkan Hawaiian gitar atau orang-orang Sunda dengan kecapinya disamping Langgam Jawa dengan rebabnya. Keunikan lain adalah lagu-lagu moresko itu “mematuhi” aturan-aturan chordal tertentu yang tentunya akan “dimanfaatkan” dengan adanya berbagai macam lagu dengan chordal yang sama terkecuali intro nya yang berbeda. Mengenai chordal Musik Moresko akan saya bentangkan lebih lanjut setelah kita menginjak ketahap Keroncong Asas.
Dengan adanya perubahan disekitar tahun 1910 peranan rajao/krontjong telah diganti dengan ukulele yg berdawai 4 yg berasal dari Hawaii dan lebih praktis dari pada rajao/krontjong. Juga dari sekitar catatan lagu-lagu Moresko lama ditahun 1933, oleh Bapak Kusbini telah dikemas dan dikinikan pada tahun 1936, sebuah lagu moresko yang di kemudian hari dikenal menjadi Kr. Moresko.
Demikianlah secara ringkas sejarah perjalanan Musik Keroncong awalnya bernama Musik Moresko/Zaman Pra Keroncong dan kemudian berkembang dengan Musik Keroncong Asas, yang di dalam perjalanannya menurut kurun waktu berkembang lebih meluas lagi di zaman Millenium ini. Demikianlah sekilas sejarah awal mula musik keroncong. (Bersambung). WWW

Please follow and like us:

6 thoughts on “ZAMAN PRA KERONCONG / MORESCO MUSIC

  • November 19, 2009 at 4:02 am
    Permalink

    gan,, ada contoh musik keroncong portugis punya gak gan??

  • January 30, 2010 at 9:00 am
    Permalink

    saya mengutip: “Penaklukan Portugis oleh Belanda pada tahun 1641 di Malaka, dan dari data sejarah, para serdadu Portugis berasal dari India dan “Portugis Hitam” yang berasal dari Moor (Afrika Utara) dibawa sebagai tawanan perang ke Batavia dan dijanjikan kebebasan asalkan memeluk agama Protestan yg menjadi dasar agama Belanda saat itu.”

    Protestan atau katolik ya? Btw Gereja Tugu dan masyarakat sekitar itu umat katolik? atau sudah berubah peruntukannya? mohon pencerahannya.

  • February 1, 2010 at 12:08 am
    Permalink

    Mas/Mbak Meea, untuk lebih jelas silahkan kontak Mas Andre Michiel, pimpinan Orkes Keroncong Toegoe di andre_michiels@yahoo.com. Terimakasih.

  • August 28, 2018 at 8:16 am
    Permalink

    terima kasih sudah di share min
    sekarang saya tau gi mana kroncong di Indonesia

  • September 22, 2018 at 9:44 am
    Permalink

    ternyata begini ya asalusul musik keroncong.
    Terimakasih sudah sharing min.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial