Koko Thole : sang peziarah keroncong
“Terlalu agung kalau keroncong hanya dikelola oleh sebuah organisasi”
Demikian yang selalu disampaikan oleh seorang Joko Priyono, laki-laki kelahiran Magelang, 11 Maret. Tidak asing sosok Joko Priyono bagi pelaku, penikmat dan pemerhati keroncong di tanah air, karena ia adalah seorang yang lebih dikenal sebagai Koko Thole. Bagi seorang Koko Thole, keroncong adalah sebuah mahakarya seni yang akan sangat lambat pergerakannya apabila hanya diurusi oleh sebuah organisasi yang concern terhadap musik ini. Oleh karenanya, Koko berharap akan semakin banyak tumbuh organisasi-organisasi keroncong lain, namun banyaknya organisasi harus mengacu kepada penguatan, bukan kemudian dianggap sebagai sebuah persaingan yang tidak sehat.
Kebulatan tekad Koko Thole untuk terus belajar keroncong tak pelak lagi salah satunya dipicu oleh sebuah SMS yang masuk ke telepon selularnya, “ He Koko, tahu apa kamu tentang keroncong ! “ hal tersebut menjadikannya mau terus menerus belajar, namun dengan situasi ini Koko Thole menyikapinya dengan bijak, “Lha wong cuma mau ikut mengembangkan keroncong aja kok ya dimusuhi. Apalagi kalo bikin sekolah , wah bisa diunek unekke.”
Filosofi Semar : dari keroncong asli hingga congyang
Memasuki ruang studio OK Pesona Jiwa, dimana Koko Thole bergulat dan bersetubuh dengan keroncong terpampang sosok Wayang Semar di dinding. Dalam ruang yang hening, sosok Semar senantiasa mengetuk-ketuk hati seorang Koko Thole untuk terus berkarya dan semakin membuka diri bahwa keroncong seharusnyalah seperti sosok Semar yang menerima dengan luas seluruh pihak, dan memperjuangkan kejernihan hati. Serta tak lupa bahwa keroncong tetap harus mengakar di masyarakat, sedemikian sosok Semar adanya.
Dengan keluasan yang ada dan mau membuka diri menjadikan Koko Thole banyak gagasan yang mengalir dan mencoba mengartikulasikan gagasan melalui irama keroncong. Tantangan jaman semakin memacu Koko Thole untuk bisa semakin mendaratkan keroncong di bumi Indonesia di semua lapisan. Bermula dari gagasan tersebut muncul kemudian istilah CONGYANG, atau Keroncong Goyang Pesona Jiwa yang sempat beberapa kali mengisi gebyar Keroncong di TVRI. Kegelisahan demi kegelisahan menemukan solusi dengan makin banyaknya aransemen baru keroncong dari sosok Koko Thole.
“Saya hanya ingin mencoba lebih mengenalkan keroncong ke kalangan anak muda. Dan ingin menunjukkan bahwa keroncong itu bukan hanya milik orang tua saja. Keroncong tidak klemar klemer bikin ngantuk. Tapi keroncong juga bisa untuk goyang,” demikian Congyang didesain untuk menyentuh segmen generasi muda dalam upaya mengenal keroncong. Seperti pemeo, tak kenal maka tak sayang. Begitulah salah satu upaya yang dilakukan.
AMI Award 2009 : tidak ada kata terlambat
Tahun 2009 merupakan tahun yang sangat menggembirakan bagi seorang Koko Thole. Bertahun-tahun selalu masuk dalam nominasi AMI Award dan baru di tahun 2009 ia menjadi pemenang. 2 buah penghargaan sekaligus.
Sebuah pengakuan yang bisa jadi terlambat dibanding dengan prestasi dan karya yang telah dibuatnya. Bahkan di balik kiprahnya di dunia musik keroncong, AMI 2009 yang diraihnya malah dalampenghargaan karya Produksi Terbaik dalam Album Lagu Berbahasa Daerah, sementara untuk musik keroncong menjadi nominator untuk Album All New Keroncong Indonesia.
Di luar AMI Award penghargaan buat Koko Thole, termasuk dalam hal ini adalah Penghargaan dari Indonesia Books Of Record – Pertama Di Indonesia Menciptakan lagu sesuai tema acara per minggu satu lagu dalam acara Canda Sinden SCTV sejak 24 Agustus 2004 (lebih kurang 70 lagu). Selain itu keterlibatan dalam lomba juga membuahkan hasil dengan menjadi Juara III dan IV Karya Cipta lagu Jawa tingkat Nasional 1993 (Penyanyi Anastasia Astuti & Sundari Sukoco ).
Jalan Pedang: dari Gebyar Keroncong hingga Opera van Java
Bila seorang samurai memilih jalan pedang, maka Koko Thole memilih jalan musik. Karya musiknya terus mengalir bahkan dapat dikatakan untuk musik keroncong Koko Thole bersama OK Pesona Jiwa-nya memberi kontribusi yang sangat besar.
Di rumahnya Koko Thole memiliki studio musik. Dari studio inilah mengalir karya-karya yang yang tak pernah berhenti. Karya yang selalu hadir dalam keseharian bagi pemirsa televisi baik dalam gebyar keroncong yang seminggu sekali hingga Opera van Java yang muncul hampir tiap malam. Dalam Gebyar Keroncong, jingle pembuka dan sela lahir dari ruang studio miliknya. Dengan memilih jalan musik, maka mendengarkan musik dan menghasilkan karya musik merupakan linkaran yang tak pernah terputus, hanya dengan demikian dihasilkan karya original, bukan karya jiplakan.
Totalitas seorang Koko Thole tidak bisa dilepaskan dasri dukungan Reni Farida sang istri yang telah memberinya 3 anak. Dukungan keluarga memberi kekuatan lebih. Canda dari Putri Nabila Chandra Kirana, Paramitha Putri Nirmala dan Anugrah Luhur Pawenang memberi gairah baru. Anak-anak telah menjadi berkat yang mempu mengobarkan nyala api secara terus menerus. Berkarya tiada henti. (wied&mboets2000)
Biodata :
Nama Lengkap | Joko Priyono | |||
Nama Artis |
Koko Thole |
|||
Tempat/Tgl Lahir |
Magelang,11 Maret |
|||
Isteri |
Reni Faridah |
|||
Anak |
1.. Putri Nabila Chandra Kirana 2. Paramitha Putri Nirmala 3. Anugrah Luhur Pawenang |
|||
Alamat |
Pondok Damai No 2 Depok |
|||
Pekerjaan |
Pemusik |
|||
Hobby |
Mancing dan Makan Ikan |
|||
|
|
|||
Prestasi |
|
|||
Album |
|
|||
Jingle |
|
|||
Ilustrasi Film |
|
salam kenal mas koko thole
saya adalah penggemar berat kroncongnya mas koko thole,namun sayangnya Tvri sekarang sudah tidak pernah adara acara kroncong.Mas koko adalah penggebrak musik kroncong,atau boleh dikatakan sebagai oma iramanya kroncong.Memang kalau kroncong ingin digemari anak muda,kita tidak boleh terpaku fanatik dengan keroncong asli.Harus tahu memahami karakter anak muda yang dinamis itu.Saya jemu dengan istilah nguri-uri yang setiap pentas keroncong selalu disebutkan,yang sebetulnya adalah berkonotasi asal hidup daripada mati.akhirnya tidak ada greget asal ada kroncong dan tidak berkembang.Kroncong terbatas hanya untuk melekan,sambatan orang punya orang hajat,dihari H nya malahan orgen tunggal.Setiap ada acara siaran kroncong tv daerah dalam wawancara kelihatannya menggebu gebu,merasa sudah berhasil dan puas .Tapi bagi saya keroncong belum berhasil kalau diseluruh pelosok bumi Indonesia ini belum sering terdengar alunan musik keroncong.Orang punya hajat masih suka orgen tunggal!!
Dirumah saya yang sempit saya berjuang sekuat tenaga dengan kemampuan finansial dan sdm yang ada saya berjuang agar keroncong ini digemari anak muda.Anggauta saya sebagaian besar adalah buruh pabrik swasta dengan bekal kemampuan pengetahuan musik seadanya,modalnya hanya semangat.Tidak memikirkan sama sekali saya dapet bayaran berapa.Mereka mau latihan tiap malam minggu tanpa dibayar.Terus terang saya meniru musiknya mas koko tole,maaf mas saya tidak izin mas koko thole,Hitung hitung mengenalkan pada anak muda ini lho kroncong bisa dimainkan dengan dinamis.Saya yakin selama ini anakmuda tidak pernah lihat acara tvri.Hasilnya untuk semetara cukup puas.Saya tawarkan pentas gratis disela sela acara teaternya mahasiswa,sambutannya luar biasa,mereka banyak yang suka,tidak mengira keroncong bisa dimainkan seperti ini.Respond pun bagus ,malam itu langsung dapat job.Ada anak band yang akan menikah justru malah nanggap kroncong,terus berlanjut syukuran suporter bola juga nanggap keroncong.Malam menjelang pertandingan perdana putaran kompetisi bola juga nanggap keroncong.acara 17 san,peresmian kafe,mengisi acara pameran dll.
Semua itu hanya kepuasanbatin saja yang kami petik.keroncong berkembang digemari anak muda,tidak memikirkan keuntungan finansial sama sekali.
Namun kami tetap tidak meninggalkan keroncong asli,tetap saya pentaskan dengan gaya mas koko thole.sekali lagi agar anak muda suka.
Demikian uneg-uneg saya dalam usaha saya agar keroncong tidak sekedar diuri-uri tapi terlebih dari itu juga harus maju,menyesuaikan perkembangan zaman dan teknologi.Jangan alergi terhadap alat-alat musik modern,pemakaian keyboard,bass guitar electrik dll.Coba kalau kita bandingkan dengan aliran ndangdut yang waktu itu namanya irama melayu dengan lagu boneka india dengan alat musik marakas icik-icik,ditangan oma irama musik ndangdut naik pamor,dipoles dengan memakai alat modern dll.Kita di keroncong ada mas koko thole,saya merindukan kapan keroncong bisa maju seperti itu.saya dukung mas koko thole,tantangan selalu ada.Kami didaerah yang sdm nya terbatas ini yang bisanya hanya meniru,sekali lagi mohon maaf kalau kami meniru mas koko thole.
Tujuannya hanya satu memajukan keroncong tanpa memikirkan keuntungan financial sedikitpun. Titip salam sama TVRI,kroncong kok disingkirkan dianak titirikan sih ??
Salam kroncong.
Saya pertama kali melihat penampilan sang peziarah keroncong Koko Thole ini beberapa tahun lalu di TVRI, dlm acara musik keroncong dgn pembawa acara Tuti Maryati (sayang acara ini kemudian lenyap). Waktu itu saya terpesona melihat penampilan dan dan gerak gerik tubuh, goyangan ritmis penuh penghayatan sang peziarah yg tampil dgn kemeja putih lengan panjang bak pemusik Kitaro. Koko Thole dgn “OK Pesona Jiwa”-nya menurut saya–awam musik–menampilkan musik yg indah, segar, punya nuansa dan nada (nuance and tone) yg khas tersendiri.
Kesan senada saya rasakan kembali tadi malam (Jumat malam, 14/1) ketika menonton acara Gebyar Keroncong TVRI yg dipandu oleh Iin Indriani yg cantik itu–maaf. Oleh iringan musik OK Pesona Jiwa pimpinan Koko Thole, lagu2 indah ciptaan Gesang yg dibawakan penyanyi terkenal – termasuk para senior, hadirin yg nampak ceria menikmati acara, serta setting/suasana panggung yg sesuai, maka Gebyar Keroncong tadi malam telah berhasil mempersembahkan an enchanting night, malam penuh pesona kepada pemirsanya. Ketika penyanyi Ratna Listy membawakan lagu Lgm. Jembatan Merah, saya merasa sedang melintasi jembatan bersejarah itu, menyebrangi sebuah nostalgia: andainya patah/aku pun bersumpah/akan kunanti dia di sini/bertemu lagi… Sekian dulu komentar, salam
Saya penggemar lagu2 koko thole. Mulai tahun 2005 an saya ada album kasetnya 1 – 4. Trus album selanjutnya saya tidak bisa menemukan lagi. Untuk itu mohon info dimana saya dapat memperoleh album ke 5 – 20 itu.
Numpang tanya, apakah Mas Koko Thole dengan OK Pesona Jiwa-nya punya website? Atau minimal ada alamat email yang bisa dihubungi, untuk sedikit konsultasi pribadi terkait musik keroncong?
Terima kasih sebelumnya.
Salam,
Bayu Arahta
… saya penggemar berat ……salam dan sukses ……
… kenapa jarang tampil live di TVRI …. seringnya rekaman …. itupun tayangnya udah tengah malam ….
Bagi Mas Koko thole, mungkin saya adalah mimpi kalau pingin nyanyi dalam satu frame dgn beliau. Sebab saya bukan siapa-siapa. Saya, hari siswanto, pamen TNI AL yg sangat gemar keroncong dan campursari, hampir tdk pernah ketinggalan mengikuti acara gebyar keroncong di TV RI. Saya juga punya pengalaman dan beberapa piala keroncong dan campursari juga pernah saya raih pada tingkat jabotabek. Melalui forum ini, apakah mungkin kalau saya bernyanyi dan diiringi OK pimpinan Mas Koko Thole…Saya berharap Mas Koko Thole membuka harapan bagi saya. Trims
Mas Koko aku penggemar berat sampai2 aku AGUS Ik kan kembali group kroncong di nabire papua, bahkan anak2 muda belia papua punya bakat kroncong cukup bagus, kapan anak2 papua yg pintet nyanyi kroncong diunfang ke jakarta buat nyanyi di gebyar kroncong, untuk menyatukan hati dan jiwa sbg bangsa infonesia, dum tksh
Pak Bambang Suranggono, apakah bisa berbagi cerita tentang anak-anak Papua yang pinter nyanyi keroncong ? JIka memungkinkan silahkan bapak bergabung di group FB keroncong cyber, dan ceritakan kisah anak-anak Papua yang jago nyanyi keroncong ini. Kami tunggu.
apa kabar mas Koko.. masih ingatkah teman2x benda baru ciputat dulu 🙂
Keroncong alat musik dari daerah mana ?
Bagaimana filosofi musik keroncong ?
Artikel yang bagus, terimakasih sharingnya, silahkan kunjungi
website kami