Kita Bawa Keroncong Terbang ke Seluruh Dunia! (BBJ)

“Siapa yang tidak tahu keroncong? Semua pasti tahu. Hanya masalahnya, banyak yang bilang keroncong itu milik orangtua. Katanya, keroncong itu membosankan dan bikin ngantuk. Padahal, sama sekali tidak! Keroncong itu adalah musik yang terbuka, kreatif dan segar. Walau industri rekaman belum berpihak pada kita, tapi kita harus bangga dengan keroncong. Mari kita bersama-sama sekuat tenaga membawa keroncong terbang kemana-mana, ke seluruh penjuru dunia. Keroncong harus mendunia, menjadi musik dunia. Keroncong harus lestari,” tegas dedengkot OK Batavia Mood Ages Dwiharso pada saat pementasan keroncong yang bertema ”Keroncong menggugat” di halaman Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Kamis (12/5) lalu.

Malam itu, suasana BBJ sedikit berbeda. Dari yang biasanya hingar bingar dengan berbagai efek suara elektris, saat itu dentingan senar akustik terdengar begitu syahdu. Lincahnya bunyi cak, dipadu dengan ketukan cuk, yang disambut dengan ritmis cello dan dentum bass, membuat irama keroncong terdengar begitu menyejukkan. Pementasan keroncong ini adalah hasil kerja sama BBJ dengan Yayasan Pecinta Keroncong Tjroeng (YPKT) dengan tujuan untuk memperkenalkan musik keroncong dan menyebarkan virus keroncong kepada publik, khususnya generasi muda. ”Bentara Budaya tetap pada komitmen untuk memberikan wadah kegiatan dan kesempatan tampil bagi berbagai jenis dan corak seni budaya yang berkembang di masyarakat. Untuk itulah, sekarang ini giliran keroncong yang juga mendapatkan hak untuk unjuk gigi,” jelas Ketua Pengelola BBJ Dinartisti Ismadi.

Acara dikemas dengan santai, menghadirkan dua grup orkes keroncong, yakni OK Batavia Mood  dan OK Laras Swara pimpinan Puji Heru. OK Laras Swara yang berbasis di Ciledug ini membawakan lagu-lagu keroncong klasik dengan nomor pembuka instrumental ”Jali-jali” yang riang. Diteruskan dengan ”Lgm Mata Air Pegunungan” oleh Clara. Langgam ini adalah karya salah satu militan keroncong, Haris Santanu. Disusul dengan penampilan lagu ”Kr Segenggam Harapan” oleh Dodoy dan ”Lgm Dibawah Sinar Bulan Purnama” oleh Nuniek Roes.

Panggung beralih ke kreativitas yang menyegarkan dari OK Batavia Mood, dengan lagu-lagu kreatif berirama keroncong, ditambah string mini orchestra dan perkusi. Suasana malam itu makin bertambah hangat ketika tampil seorang anak muda berambut gondrong bernama Nahdi yang membawakan lagu ”Mau dibawa Kemana” dengan irama keroncong. Spontan para penonton menyanyi bersama, bahkan ada yang juga bergoyang menikmati irama. OK Batavia Mood memang beranggotakan anak-anak muda yang kreatif dan enerjik, sehingga irama keroncong yang mereka bawakan pun menjadi lebih segar dan hidup. Mereka biasa berkumpul di Taman Suropati Menteng setiap hari Minggu siang. Berturut-turut kemudian mengalun lagu jenaka ”Encang Encing Enyak Babe” dan ”Sentul Kenyut”, yang disambung dengan ”Matsuri” dan ”El Chumban Chero”. Acara ini juga dihadiri oleh dedengkot Keroncong Tugu Andre J Michiel, yang lalu didaulat untuk bernyanyi. ”Saya bukan penyanyi, tapi memang suara saya ngangenin,” seloroh Andre sebelum membawakan lagu ”Stb Jampang”.

Penonton yang datang dan memenuhi kursi yang disediakan pada malam itu, walau jumlahnya belum sesuai dengan target, terlihat begitu antusias dan setia mengikuti hingga berakhirnya acara tersebut. ”Tidak disangka, walau belum sesuai harapan, tapi malam ini ternyata sebagian besar penontonnya dari kalangan muda, bikin kita tambah semangat untuk menyebarkan virus keroncong,” tukas Ketua YPKT Adi B Wiratmo.

Setelah beberapa penampilan, Ketua Pembina YPKT Imam Suseno berkenan memberikan sambutan. Lalu, Ages Dwiharso memberikan pengenalan tentang jenis-jenis irama keroncong kepada hadirin yang hadir. Apa dan bagaimana irama keroncong, stambul dan langgam, diperkenalkan dengan cukup rinci, berikut contoh lagunya yang dibantu oleh OK Laras Swara. ”Irama keroncong adalah irama yang dibunyikan secara combo. Semua alat mewakili blocking masing-masing bunyi, tetapi saling melengkapi, dijahit dengan ketukan cello dan bass,” papar Ages. Dan mengalunlah lagu ”Kr Suci” oleh Totot, ”Stb Baju Biru” oleh Lala dan ”Lgm Bengawan Solo” oleh Diena, yang langsung disambut oleh penonton dengan bernyanyi bersama untuk mengenang Alm Gesang, maestro keroncong Indonesia. Ternyata, walau yang hadir kebanyakan sudah cukup pengetahuan tentang keroncong, tapi masih ada yang belum mengerti beda lagu keroncong, stambul dan langgam.

Ketua YPKT Adi B Wiratmo juga memberikan sambutan dan memperkenalkan program kerja YPKT dan Tabloid Tjroeng sebagai salah satu sarana untuk memperluas penyebaran musik keroncong. ”Tabloid ini bisa didapatkan secara cuma-cuma dan disebarkan kemana-mana, termasuk softcopy-nya kita kirim hingga ke Malaysia dan Amerika,” terang Adi.

Malam itu, berkat upaya Mas Partho, para pecinta keroncong di mana saja berada dapat turut serta mendengarkan berlangsungnya acara pertunjukan secara online radio streaming di www.keroncongindonesia.listen2myradio.com dan siaran tunda esok paginya. Sementara pada malam hari berikutnya, siaran tunda dapat didengarkan pada acara Kharisma Keroncong Radio Lita FM 90.9 Bandung atau melalui streaming di situs www.radiolitafm.com.

YPKT sendiri awalnya hanyalah berupa milis keroncong@yahoogrups.com, yang dibentuk pada 11 Juni 2005 dan kemudian mulai aktif melakukan berbagai acara dalam rangka temu darat. Milis ini lalu menjadi makin terkenal dan terbuka karena Harian Kompas mengangkat keberadaan komunitas dengan berbagai dinamika kegiatannya. Anggota milis ini berasal dari berbagai latar belakang seperti karyawan, guru, wirausahawan, pemusik, penyanyi, hingga anak kuliahan. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jabodetabek, Bandung, Temanggung, Solo, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Lampung, bahkan dari Johor dan Amerika. Kemudian, atas prakarsa beberapa tokohnya, aktivitas para anggota milis ini diberi wadah sebuah yayasan  bernama Yayasan Pecinta Keroncong Tjroeng (YPKT), yang dideklarasikan di sebuah rumah makan di Bogor pada 30 Mei 2009, bersamaan dengan acara temu darat bertajuk ”Keroncongan Sak Mlocote”. Kegiatan-kegiatan yang menjadi program kerja YPKT didukung sepenuhnya dengan militansi pengurus dan anggotanya.

Masih berpikir bahwa keroncong itu membosankan dan begitu-begitu saja? Atau ingin tahu lebih dalam dan ingin belajar soal keroncong? Kalau begitu, sekali-sekali luangkan waktu untuk ikut mengeroncong di Taman Suropati Menteng pada setiap hari Minggu siang, bersama para militan keroncong. Tjroeng… tjroeng… (totot)

Please follow and like us:

tjroeng

Tjroeng Admin

One thought on “Kita Bawa Keroncong Terbang ke Seluruh Dunia! (BBJ)

  • January 27, 2012 at 2:41 am
    Permalink

    Setelah beberapa penampilan, Ketua Pembina YPKT Imam Suseno berkenan memberikan sambutan. Lalu, Ages Dwiharso memberikan pengenalan tentang jenis-jenis irama keroncong kepada hadirin yang hadir. Apa dan bagaimana irama keroncong, stambul dan langgam, diperkenalkan dengan cukup rinci, berikut contoh lagunya yang dibantu oleh OK Laras Swara. ”Irama keroncong adalah irama yang dibunyikan secara combo. Semua alat mewakili blocking masing-masing bunyi, tetapi saling melengkapi, dijahit dengan ketukan cello dan bass,” papar Ages. Dan mengalunlah lagu ”Kr Suci” oleh Totot, ”Stb Baju Biru” oleh Lala dan ”Lgm Bengawan Solo” oleh Diena, yang langsung disambut oleh penonton dengan bernyanyi bersama untuk mengenang Alm Gesang, maestro keroncong Indonesia. Ternyata, walau yang hadir kebanyakan sudah cukup pengetahuan tentang keroncong, tapi masih ada yang belum mengerti beda lagu keroncong, stambul dan langgam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial