Semangat dan Jiwa Keroncong Kawula Muda Nusantara

Oleh : Adi Purwanto

Musik merupakan hasil karya cipta dan ungkapan kehidupan manusia sebagai wujud pikiran dan perasaannya. Musik adalah emosi jiwa yang diungkapkan melalui nada-nada indah dengan alunan alat musik dan berbagai jenis lainnya. Kepekaan rasa akan keindahan musik timbul karena adanya pengalaman yang diperoleh dari penghayatan terhadap musik itu sendiri.

Dengan kemajuan teknologi dan seiring berkembangnya jaman, saat ini musik Keroncong yang merupakan musik asli dari kebudayaan serta kreativitas bangsa Nusantara tercinta ini bisa dikatakan hampir menghilang dan ditinggalkan. Memang kebanyakan anak muda tidak mengenal keroncong, yang menjadi pengetahuan kaum muda saat ini musik keroncong itu musiknya orang tua, musik yang membuat ngantuk atau disebut juga musik penghantar tidur. Menurut pendapat yang pernah kami dengar sebelum artikel ini ditulis ada yang mengatakan bahwa musik keroncong itu Monoton hanya begitu-begitu saja, padahal dalam keroncong kita dituntut dengan skill permainan dan teknik yang tinggi. Semua orang bisa berkata demikian namun tak semua orang mampu memainkan musik keroncong dengan baik.

Artikel kali ini akan memaparkan mengenai suatu perkumpulan sekelompok anak muda yang turut melestarikan seni keroncong Indonesia yang notabene hampir diklaim oleh negara tetangga. Belajar dari pengalaman yang sudah terjadi menimpa kesenian Batik dan Reyog Ponorogo beberapa waktu yang lalu, apakah kita akan rela suatu karya cipta kembali terulang diakui oleh negeri seberang? Dan itu terjadi pada seni Keroncong kita? Sangat tidak rela, bukan? Musik tersebut berkembang sangat pesat disana. Kita seharusnya malu dengan kondisi kebutaan Indonesia akan musik keroncong seperti ini. Sekarang saatnya, mari kita benahi lagi kesenian kita berusaha tetap menjaga supaya bisa diakui dunia bahwa inilah musik asli Indonesia.

Pada awal mula terbentuknya dari pelajar kelas 1 SMA yang ingin mempelajari musik keroncong yaitu Adi Purwanto, Afrizal Rahmadani, Novtia Marga R.L. Handayani, Theodorus Dicky Y.S, serta teman-teman yang lainnya. Mereka benar-benar belajar dari dasar dan bisa dikatakan belum mengenal musik keroncong sedikitpun. Meskipun pola akord dan progresinya sudah ditentukan, namun semua pemain diharuskan memiliki rasa untuk memasukkan variasi serta improvisasi melodi yang akan bertujuan memperindah alunan musik keroncong. Oleh karena itu, kami merasa sangat tertantang untuk memperdalam ilmu pengetahuan musik keroncong sampai saat ini. Hingga suatu ketika mereka terpilih utuk mengisi acara Welcome Concert (konser penyambutan siswa baru), serta tercatat nama baru yang terlibat antara lain Catharina Puspita, Egga Perdana, Tommy Dwi J. Merupakan penampilan perdana bagi mereka semua serta menjadi awal yang cerah untuk langkah kedepannya.

Latihan yang tak menentu dan tak pernah terjadwalkan, kalau ada kesempatan kumpul “langsung saja daripada waktu terbuang sia-sia” itulah kata bijak yang selalu terucap dari para anggota. Timbang Meneng berasal dari bahasa jawa yang berarti “daripada diam“, mending kita keroncong’an. Timbang Meneng diresmikan ketika menjadi juara favorit pertama dalam festival lomba Keroncong di Gedung Wanitatama dengan personil tetap Afrizal Rahmadani(cak), Novtia Marga R.L. Handayani(cello), Theodorus Dicky Y.S(cuk), Catharina Puspita(biola), Egga Perdana(flute), Tommy Dwi J(bass), dan saya penulis sendiri Adi Purwanto sebagai pemain gitar melodi. Ada kebanggaan tersendiri karena Timbang Meneng merupakan peserta termuda yang mampu mengangkat nama keroncong yang kian terkikis diblantika musik Indonesia.

Timbang Meneng Dari sisi kiri : Theodorus(cuk), Afrizal(cak), Egga(flute), Catharina(violin), Rahma(vocal), Intan(vocal), Novtia(cello), Adi(gitar), dan Tommy(bass) .

Dalam festival musik keroncong di gedung Wanitatama dengan lagu wajib Kr. Tanah Air, lagu pilihan ‘O Sole Mio yang menjadi lagu andalan kami.

 

 

Bukan semata-mata nama dan ketenaran yang kami inginkan, namun kami bertekad menjadi pelopor yang mengajak kaum muda untuk mencintai serta memahami musik keroncong. Memang sudah tidak asing lagi dikalangan keroncong nama Timbang Meneng ini. Disalah satu radio Bandung pun nama itu selalu disebut dan diputar lagu-lagu yang pernah dipersembahkan oleh Timbang Meneng dan sudah banyak warga Jogjakarta serta wilayah sekitarnya yang mengenal TM(Timbang Meneng).

Inilah bentuk nyata kepedulian Timbang Meneng sebagai salah satu perkumpulan kaum muda untuk melestarikan keroncong di Nusantara. Kita berangkat dari Kota Jogjakarta untuk dunia.

Please follow and like us:

tjroeng

Tjroeng Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial