CONGROCK 17 SEMARANG & HUT 156 KAB.CILACAP
Uut Permatasari Berkeroncong
Ini cerita lain tentang keroncong. Bila selama ini kebanyakan keroncong dipentaskan dalam ruang tertutup, dengan stigma ditonton kaum sepuh, manggut manggut setengah ngantuk, mendayu syahdu, melodius dan seabreg embel embel lain mengenai musik crang crung crang crung, maka ini keroncong yang tetap menggunakan cak, cuk, cello, plus “ke-edanan†lainnya. Namanya Cong Rock 17, pimpinan Marco Marnadi dari Semarang.Â
Pada saat pesta perayaan Hari Jadi ke 156 Kabupaten Cilacap di alun alun kota ini Rabu 21/03 lalu, “keroncong edan†yang diusung CongRock 17, bukan sekadar pelengkap hiburan dihadapan ribuan masyarakat yang berpesta. Keroncong justru menjadi sajian utama hiburannya. Tak mau disebut musik embah embah, apalagi musik ‘jadoel’, CongRock menggamit Uut Permatasari “Si Ratu Goyang†untuk menjadi bintang utamanya.
Dan ‘perkawinan’ Uut Permatasari dengan CongRock menghasilkan kesegaran yang tida tara. lebih dari lima lagu irama joget, dikemas begitu indahnya, tanpa meninggalkan warna keroncong dalam balutan energitas yang tidak melangut-kan. Uut maksimal menyanyikan beragam lagu dangdut, bahkan pop, pula berhasil mengajak penonton bergoyang. Bahkan Bupati dan istrinya pun didaulat Uut untuk menemani nyanyi.
Tak hanya Uut yang menggoyang ribuan penonton. Orkes Keroncong Bocah Asli Cilacap yang tergabung dalam Tunas Wijaya Kusuma, menjadi sajian pembuka dengan ke-PD-an yang luar biasa pula. Kali pertama inilah, mereka tampil di depan ribuan publik terbuka.Â
Di awal acara, CongRock 17 Semarang juga memberikan piagam penghargaan kepada Bupati Cilacap atas peran sertanya dalam pelestarian keroncong di daerahnya, dengan berkenan ‘nanggap’ keroncong (BW)