RADIO MEMBESARKAN DAN MEMBUNUH KERONCONG

Oleh: GWK Partho Djojodihardjo

Ketika musik keroncong disiarkan dan tidak berjalan signifikan dengan perolehan iklan atau sponsor, biasanya radio akan meniadakan siaran musik keroncong. Hal ini juga terjadi pada kemasan musik lain dalam sebuah sajian acara. Ketika dangdut sedang trend, industri radio siaran berbondong bondong menjadi radio dangdut. Ketika dangdut tergantikan kepopulerannya dengan band melayu, kini tak banyak radio yang menjadi radio dangdut. Malah kini banyak yang siaran full musik, sedikit siaran kata. Bahkan ada radio yang berani dan terang terangan menggelar siaran satu jam musik tanpa iklan.

Pada awalanya dulu ketika radio siaran mulai onair ditanah air pada dekade 30-40an, radio turut membesarkan keroncong di tanah air yang kala itu masih bernama Hindia Belanda. Radio Ketimuran (Radio Swasta Pribumi Pertama) dan NIROM (Radio Resmi milik Pemerintah Hindia Belanda, kelak menjadi RRI) serta Jawatan Radio Jepang periode 1943 – 1945, telah membuat keroncong menjadi mesin utama musik di radio. Kala itu genre musik pop belum lahir, maka yang lekat dengan hiburan untuk rakyat melalui radio selain musik eropa/ barat (orchestra dan atau bigband), dan musik tradisional (Gamelan) maka, keroncong adalah “anak mas” siaran musik di radio.

Yang membesarkan Keroncong, tentu para pelakunya. Perlu ditandaskan dalam hal ini bahwa percepatan penyebarluasan musik keroncong yang efektif dan sangat cepat saat itu adalah Radio dan kemuculan industri rekaman piringan hitam. Terjadi dokumentasi besar-besaran yang nantinya, lagu lagu yang terekam bisa disiarkan berulang-ulang bahkan hingga kini.

Dari catatan saya hingga 60 -70an, keroncong juga mewarnai siaran radio swasta pada awal kemunculannya decade 70an, selain RRI. Hingga tahun 80an, catatan saya menunjukkan lebih dari 20 perusahaan rekaman/ label masih memproduksi rekaman keroncong. Kini hanya menyisalkan 1 saja (GNP) yang juga eksis sejak 80an. Selebihnya diproduseri oleh artis ybs, atau label kecil dengan edar copy yang tentu juga terbatas.

Radio membunuh keroncong, benar adanya. Ketika musik keroncong dan para pegiatnya tak bisa menyikapi perkembangan jaman, maka akan terlibas oleh genre musik lain yang lebih populis. Industri rekaman lebih memilih genre musik lain yang dianggap lebih “sexy”. Keroncong serasa lamban menyiasati budaya populis. Hal ini terlihat dengan produksi lagu baru yang tidak digemari anak-anak muda sekarang. Yang ada adalah penggemar anak-anak muda pada jaman keroncong terkenal dan merajai jaman dulu.

Sejalan dengan tidak produktifnya keroncong dalam rekaman, maka radio juga kesulitan mencari sumber musik ini. Dirasakan kemerosotannya sejak 80 – 90an,Sedikit demi sedikit, ketika radio mulai mengenal segementasi, keroncong mulai ditinggalkan dan tidak disiarkan lagi melalui radio.

Lambannya produksi kaset menyebabkan radio berulang-ulang menyiarkan koleksi yang sebelum sebelumnya. Sehingga terasa tidak up to date. Ketika tidak up to date,pasar menghendaki perubahan cepat. Tak heran dari sekitar 40 radio siaran di Bandung, banyak yang mengurangi siaran musik keroncong. Kala dekade 80an setengah program siarannya adalah musik keroncong, kini hanya menyisakan sekitar 5 radio siaran. Radio tersebut yaitu RRI, Lita FM, Sonora Bandung-sebelumnya Walagri, Mutiara AM, Mora FM dan mungkin masih banyak yang belum terdeteksi.

Pertimbangan utama radio meninggalkan siaran keroncong yaitu karena munculnya stigma yang berkembang bahwa keroncong itu musik orang tua. Ketika segmentasi dilakukan oleh radio-radio di Bandung dan kota lainnya, keroncong sudah tidak mendapat tempat lagi. Misalnya segmen musik terbaru, Hits Station, Sport Station, Radio Anak Muda, Radio Jazz, dll. Disadari atau tidak, radio telah membunuh keroncong. Tetapi kondisi yang demikian tidak tercipta hanya perkara peran radio. Masih banyak yang mempengaruhi, termasuk globalisasi.

Please follow and like us:

tjroeng

Tjroeng Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial