RADIO KERONCONG
Sedikit kemresek alunan lagu-lagu dan suara penyiar saat terjadi selisih gelombang. Itulah radio analog yang berkembang dari dahulu hingga saat ini.
Perkembangan teknologi digital saat ini, merambah juga dalam radio. Radio digital juga berkembang. Berbeda dengan radio analog, radio digital praktis tidak memiliki suara kemresek, namun hanya ada dua pilihan, ada suara atau tidak ada suara sama sekali.
Teknologi digital membawa perubahan besar dalam dunia radio, di mana radio pada akhirnya dapat diakses melalui berbagai media, baik melalui radio digital konvensional, hingga melalui streaming di dalam dunia maya. Dengan demikian, radio menjadi lebih mudah diakses oleh berbagai kalangan, melalui kendaraan pribadi, angkutan umum, maupun para pekerja kantor yang berhadapan dengan komputer,sampai remaja dengan gadget berbasiskan teknologi android. Radio sesungguhnya menjadi sangat begitu mudah diakses, tentu dengan berbagai tawaran konten yang disediakan oleh masing-masing stasiun radio. Semakin banyak stasiun radio semakin banyak pula konten siaran yang bisa diakses oleh masyarakat. Tebaran informasi, advertensi, dan musik, dari sajian yang memiliki nilai edukasi tinggi hingga sajian informasi yang menawarkan bujuk rayu konsumerisme memenuhi gelombang udara.
Salah satu komponen yang bertebaran di ‘udara’ Indonesia adalah informasi dan musik, khususnya musik keroncong, sebuah musik asli Indonesia. Dalam keluasan angkasa, keroncong bersaing dengan segala hal yang disiarkan melalui radio. Di dalam negeri, keroncong sudah memulai persaingannya dengan musik jenis lain, mulai dari dangdut, rock, pop, jazz, klasik, reggae, campursari dan jenis musik-musik lain. Bersaing mulai di dalam negeri hingga mancanegara. Lalu pada kondisi ini, munculah para komunitas keroncong Indonesia yang berupaya untuk menduniakan musik keroncong, menembus dan bersaing dengan segala hal di ‘udara’.
Radio Lita FM Bandung, yang mengudara selama 24 jam per hari, memberikan rasio 60% untuk menyiarkan musik, dan 40% untuk berita, infotainment, iklan dan lain sebagainya. Dalam rentang waktu siaran, untuk radio Lita FM Bandung, mengalokasikan waktu 6 jam tiap minggunya, atau sekitar 6% dari total waktu siaran musik dari total sekitar 100 jam siaran musik keroncong selama 1 minggu. Radio tersebut selama ini dikenal sebagai salah satu radio yang peduli untuk memajukan musik keroncong. Porsi 6% waktu untuk musik keroncong, tentu bisa dianggap sangat sedikit. Namun, jika diorganisisasi dengan baik, membangun jejaring antar stasiun radio tentu memberikan dampak luar biasa. Bahkan jikalau ada 28 stasiun radio saja, maka selama 7 (tujuh) hari penuh terdengar musik keroncong di telinga para pendengar radio.
Radio Keroncong Indonesia
Untuk Indonesia, musik keroncong tidak melulu berhenti sebagai seni, namun jauh melampauinya. Keroncong menjadi subkultur, dan kepadanya melekat sebagian sejarah berbangsa dan bernegara. Perjuangan kemerdekaan Indonesia tegas melekat kepada musik keroncong. Untuk itulah, keroncong sebagai subkultur sudah selayaknya menjadi salah satu hal yang diperjuangkan.
Siaran musik dan informasi mengenai keroncong, seperti yang telah dilakukan oleh banyak radio memberikan kontribusi bagi bertahannya musik keroncong sebagai ciri keindonesiaan. Selanjutnya, gagasan menjadikan keroncong untuk mendunia bukan suatu hal yang mustahil. Untuk itu, penempaan keroncong sebagai musik akan sangat ditentukan kepada setiap pegiat keroncong untuk meletakkan ruh keindonesiaan, yang tidak semata-mata ruh berkesenian, tetapi menghadirkan ruh kebudayaan yang bermartabat dan mau berkontribusi kepada pembangunan tatanan dunia yang lebih baik. Pada konteks sekarang, untuk menghadirkan keroncong tidak melulu sebagai ekspresi seni, namun sungguh sebagai ekspresi kehidupan dengan menjunjung dan menawarkan moralitas dan nilai-nilai etik dan estetika.
Salah satu media yang menawarkan nilai-nilai tersebut adalah radio. Upaya ini tidaklah mudah dan sangat disadari bahwa banyak aspek yang mempengaruhi perkembangan peradaban saat ini. Di tengah maraknya praktek korupsi dan budaya kekerasan yang mengancam peradaban Indonesia, setidaknya radio keroncong hendak berkontribusi. Kembali pada peran radio pada awal kemerdekaan, melalui radio diperdengarkan proklamasi kemerdekaan. Selanjutnya untuk saat ini, melalui radio kita bisa sebarkan nilai-nilai bagi perbaikan negeri, melalui sebuah karya orisinal negeri yaitu musik keroncong.
Tjroeng yang baik,
Saya senang sekali membaca website Tjroeng. Saya ornag Indo, lahir di Surabaya, dan sekarang tinggal di negeri Belanda. Tiap minggu say bikin siaran radio di http://www.omroepcentraal.nl pada hari Senen dri 20.00-21.00, local time. Apakah ada informasi tentang alm Mardjokahar dan tentang penyair(?) dan pencipta lagu keroncong, namanya Ngobloh(?). Dia meninggal tahun 1988, kalau tidak salah. Saya cari informasi tentang mereka dua ini untuk program radio saya.
Salam dari negeri dingin,
IngridDümpel