“Kerontjongâ€, Sebuah Tradisi dan Harmonisasi
Oleh Agriansyah Ramadhan
Salut! Itu kata pertama yang terlontar dalam hati ketika saya melihat rangkaian acara “Long Life Krontjongâ€, itu kali pertama saya menonton konser musik keroncong. Acara yang diselenggarakan oleh Fakultas Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia pada tanggal 29 November yang lalu itu meninggalkan kesan tersendiri di hati saya. Bagaimana tidak, sejak saya bisa memainkan alat musik, referensi musik yang saya dengarkan masih berbau genre yang dibilang mainstream untuk didengar bagi khalayak pada umumnya. Hanya lagu “Bengawan Soloâ€,Waljinah, Sundari Soekotjo, dan Nenek sayalah referensi musik keroncong selama ini, hanya sekedar tahu, tapi tidak ingin lebih dalam, karena pada awalnya saya menganggap bahwa musik keroncong hanya bisa dinikmati oleh kalangan oldschool. Akan tetapi, prediksi saya meleset, ajakan teman kuliah saya yaitu Bpk. Adi Wiratmo yang juga pegiat musik keroncong membuat saya penasaran. Hari itu beliau posting di grup Facebook, hari itu pula seusai kuliah saya meluncur ke lokasi pementasan. Malam itu suasana Amphiteater UPI terlihat hening, dekorasi ruangan yang dirancang sesuai tema acara membuat kami para penonton dibawa ke dalam era ketika keroncong mengalami kejayaan. Tak lama kemudian pembawa acara dari UPI membuka acara tersebut, diteruskan dengan sambutan dari berbagai elemen yang berhubungan dengan keroncong. Tiba saatnya pementasan dimulai, penampil pertama datang dari mahasiswa yang dipilih berdasarkan prestasi terbaik pada matakuliah SAMINDO (Sejarah Analisis Musik Indonesia) , lalu diteruskan dengan Orkes Keroncong UPI yang diberi nama Lapis Legit. Menariknya, ternyata keberadaan orkes ini sudah turun temurun, saat ini orker Lapis Legit sudah memiliki Lima Generasi dan semua generasi masih eksis hingga saat ini. Berikut ringkasan singkat dari Orkes Lapis Legit disetiap angkatannya.
1. Lapis Legit 1st gen “Timbul Tenggelam” : Legend
Generasi pertama disebut legend karena merekalah cikal bakal dari orkes Lapis Legit ini, playernya ternyata para dosen yang sekarang menjabat di prodi yang bersangkutan. Yang membuat saya bersorak sorai adalah ketika semua player masih lincah memainkan jemarinya dalam memetik,menggesek,genjreng,dan membetot alat musiknya. Meski MC sudah memberi peraturan tidak boleh applause di tengah-tengah lagu, tp kami semua para penonton secara refleks melakukan itu karena kagum akan musikalitas yang mereka miliki. Dan yang membuat saya respect adalah, ternyata generasi pertama tidak selalu identik dengan kekolotan dan ketinggalan jaman. Mereka mau membuka diri dengan hal-hal yang berbau modernisasi, mereka berkolaborasi dengan pejabat kampus dengan menyanyikan musik nusantara yang dibalut dengan irama keroncong, hasilnya? Saya merinding mendengar mereka bermain.
2. Lapis Legit 2nd gen “Warna Warni” : Clean
Generasi kedua memainkan lagu keroncong dengan alunan yang membuat telinga menjadi tenang, karena lagu-lagu yang mereka bawakan masih
3. Lapis Legit 3rd Gen “Harapan Bangsa” : Smooth
Di generasi ketiga ini penonton disuguhi sisi idealisme dari Orkes Lapis Legit, karena hampir semua lagu adalah lagu ciptaan mereka yang iramanya pure downbeat keroncong, di generasi ketiga ini salah satu playernya merupakan player yang meniup “Suling Sakti†di YKS Trans TV.
4. Lapis Legit 4th Gen “Oemar Bakrie” : Seriosa
Lapis legit genrasi keempat adalah lapis legit yang paling memikat budayawan sekaligus seniman keroncong asal surakarta(CMIIW+tambahkan Pak,saya lupa namanya beliau) karena konsep kerocong dipadukan dengan karakter suara sang vocalist pria yang cenderung ke arah seriosa.
5. Lapis Legit 5th Gen : Comedy in Symphony
Lapis Legit generasi kelima merupakan generasi bontot dari orkes Lapis Legit saat ini, lagu keroncong yang mereka mainkan sangat kontemporer sekali, banyak sentuhan-sentuhan musik modern, ditambah karakter suara dari vocalist wanita nya yang khas. Setelah ditelusuri, menurut informasi yang saya dapatkan dari salah satu teman di UPI, ternyata sang vocalist wanita adalah finalist dari ajang pencarian bakat musik dangdut. Sungguh diluar dugaan karena yang saya ketahui biasanya penyanyi keroncong adalah penyanyi yang memang dilatih sejak kecil hanya untuk genre keroncong.
6. Lapis Legit All Star : Maestro!
Rangkaian penutup dari acara “Long Life Krontjong†ini diisi oleh Orkes kerontjong yang playernya gabungan dari generasi sulung hingga generasi bontot. Ada hal yang membuat saya makin terpesona akan musik keroncong, ada salah satu penonton dengan badan kekar,berambut gondrong. Awalnya saya mengira beliau adalah tamu yang diundang dari genre musik lain (karena terlihat jelas dari perawakan fisiknya). Tak lama, MC memanggil beliau naik ke atas panggung untuk meminta berkolaborasi, saya berpikir akan ada kolaborasi antara musik keras dengan musik halus, ternyata tidak, beliau dengan dahsyatnya memainkan biola dengan tingkat harmonisasi yang mengagumkan. Nyaris kegarangan yang saya asumsikan dari awal berubah total menjadi sebuah suguhan musik yang apik, membuat bulu kuduk saya kembali berdiri dan melkakukan standing applause.
Saat Closing, seniman keroncong asal Surakarta Bpk. (……lupa namanya pak……..) memberikan kesan dan pesan nya mengenai acara ini, beliau salut masih ada muda-mudi yang melestarikan salah satu ciri bangsa ini. Jadi kesimpulan dari cerita singkat saya ini adalah, acara ini bukan hanya sekedar menampilkan skill dalam bermusik, tetapi ini menyangkut soal kepuasan hati yang negara lain pun belum tentu bisa memilikinya…. Thank’s God I’m Indonesian