Subardjo HS, Panembahan Keroncong Dari Kotagede

Oleh : Erwito Wibowo
Berdasarkan konsep yang diwacanakan oleh Singgih Sanjaya dosen music ISI Yogyakarta, juga penggiat musik keroncong dalam Musda HAMKRI (Himpunan Artis dan Musikus Keroncong Republik Indonesia) Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008, merumuskan kunci agar musik keroncong mampu menembus zaman. Dia menyampaikan bahwa musik keroncong musti diprestasikan, dikembangkan, dilestarikan, dan diwariskan kepada masyarakat luas terutama generasi muda.

Berdasarkan konsep tersebut, Subardjo HS mantan penyanyi juaraBintang Radio Dan Televisi untuk jenis musik keroncong di era 1980an telah melakukan hal itu. Prestasi, jelas Subardjo HS pernah juara tingkat nasional penyanyi keroncong se angkatan Toto Salmon danSukardi. Tahun 1975, Subardjo HS juara II di bawah Toto Salmon. Kemudian di tahun 1980 ganti Subardjo HS juara I. Tahun 1989 merosot menjadi juara III.  Waktu itu lomba menyanyi keroncong tingkat nasional diselenggarakan lima tahun sekali. Kemudian diubah dua tahun
sekali. Dalam hal pengembangan, Subardjo HS memiliki orkes keroncong yang bernama OK. Keluarga yang rutin siaran di RRI Nusantara II Yogyakarta sejak 1970-1987. OK. Keluarga ini pernah juara I untuk penampilan grup keroncong se Jateng.

Semula Subardjo ini merupakan penyanyi pop. Ketika tampil dalam suatu pentas, dia tidak merasa pas. Atas saran Indro Wangijan pemain biola kawakan dari Kotagede, Subardjo beralih haluan menekuni lagu-lagu keroncong. Belum puas juga berkiprah di seputar kawasan Kotagede. Akhirnya Subardjo HS berguru pada Kusbini seorang buaya keroncong pencipta lagu keroncong yang cukup produktif, di kampong Pengok Yogyakarta. Subardjo HS diam-diam kursus privat menyanyi di rumah Kusbini tanpa sepengetahuan orang tua. Kalau orang tuanya tahu pasti tidak diijinkan, karena orangtua Subardjo HS yang bernama Hardjo Sumarto itu seorang pengrajin perak sebagimana umumnya orang Kotagede. Kakak dan adik-adik Subardjo HS diarahkan menguasai usaha kerajinan perak. Nama yang tertera dalam KTP adalah Subardjo Purwo Hartono,sedang inisial HS adalah nama orangtuanya yang bernama Hardjo Sumarto.

07. Bas Bethot 2
Tahun 1963, ketika Subardjo HS baru kelas II SMA Negeri 6 Yogyakarta berniat kursus menyanyi di rumah Kusbini. Subardjo membiayai kursus menyanyi dengan uang hasil usaha menjual ikan hias jenis gombyok dan wader kock serta ternak ayam. Subardjo HS menjalani latihan yang luar biasa disiplin dan keras. “Pak Kusbini kalau melatih galaknya bukan main seperti harimau,” begitu kenang Subardjo HS. Kepala dipukul, mulut dipukul menjadi jadwal rutin setiap kali latihan. Kemudian ada jeda, istirahat sebentar berkelekar sejenak, latihan lagi, kepala dan mulut dipukul lagi, itu sudah biasa. Membuka mulut kurang begitu lebar sudah menjadi alasan untuk dipukul. Kusbini memukulnya menggunakan sebilah bambu kecil sebagai alat pengarah membaca not balok. Meski begitu Subardjo HS tidak kapok belajar menyanyi di rumah Kusbini. Jauh-jauh dari Kotagede menuju kampong Pengok rumah Kusbini, jaraknya sekitar 5 km dalam keadaan hujan mengendarai sepeda onthel hanya untuk menyerahkan mulutnya dipukul. Subardjo HS berpikir, pil pahit yang dikunyahnya tiap latihan ini, pasti suatu saat bermanfaat dan berguna bagi pengembangan kemampuan dirinya dalam menggeluti dunia keroncong.
Benar. Setelah merasa lengkap ilmu yang diserapnya dari rumah Kusbini, tahun 1964 Subardjo HS mengikuti lomba nyanyi keroncong tingkat regional di Daerah Istimewa Yogyakarta. Langsung Subardjo HS menyabet juara I. Bahkan sampai tahun 1989 prestasi menjadi juara I selalu menghampirinya, hanya sekali Subardjo HS meraih juara II. Prestasi di tingkat daerah mengayunkan langkahnya berlaga di tingkat nasional, di tahun 1975 Subardjo HS juara II di bawah Toto Salmon. Tahun 1980 giliran Subardjo HS juara I, dan Toto Salmon di urutan II. Tahun 1982, Subardjo HS berada di urutan II. Lalu pada tahun 1984, Subardjo memberikan kesempatan pada adiknya Sudarmadji HS berlaga di tingkat nasional, tapi hasilnya tidak begitu menggembirakan hanya meraih juara harapan II.  Subardjo HS merasa penasaran tampil lagi di tahun 1986 dan 1989 masing-masing even kejuaraan memberikan tempat di urutan III. Prestasi di even kejuaraan kemudian diikuti tawaran rekaman di stodio komersial. Di antaranya Wisanda Record dua kali,Borobudur Record Semarang dua kali, Pertiwi Record Jakarta tiga kali,Irama Mas sekali, Musica Stodio Jakarta satu kali. Pengiring rekaman Subardjo HS adalah Orkes Keroncong Bintang Jakarta, Surya Mataram dan Bintang Surakarta. “Salah satu pengiring rekaman saya adalah almarhum Manthos, dia pemain celo di OK. Bintang Jakarta.” kenang Subardjo HS jebolan Akademi Koperasi Yogyakarta 1967.
Menurut Subardjo HS, perkembangan serta dinamika keroncong dewasa ini, terutama di Yogyakarta lebih apresiatif. Ada impresi-impresi tersendiri. Misalnya ada keroncong alternatif, ada keroncong pop, ada keroncong kolaborasi dengan gamelan, ada juga congrock.   “Bagi saya itu nggak apa-apa. Itu kan juga bagus. Cuma pesan saya
keroncong jangan dihilangkan keasliannya. Kalau dikembangkan boleh-boleh saja,” begitu komentar Subardjo. Mengenai tuntutan zaman bahwa music keroncong musti dilestarikan, Subardjo HS kini  bersama teman-temannya, termasuk tiga orang adiknya yakni : Sudarmadji HS, Herry Sunarto HS dan Muji Rahayu, bergabung di orkes keroncong Timpasko Baru yang berpangkalan di kampung Dolahan KG III/580 Kotagede Yogyakarta. Dimana dahulu di satu kampung bermukim 3 grup orkes keroncong, yakni OK. Keluarga, OK. Nada Kencana dan OK. Timpasko, ketiganya berada di kampung Dolahan Kotagede Yogyakarta. Satu persatu grup orkes keroncong tersebut mengalami musim gugur. Kini, mereka sepakat berhimpun di wadah yang baru di OK. Timpasko Baru. Kampung
Dolahan berada di Timur Pasar Kotagede Yogyakarta, sehingga nama Timpasko diambil dari akronim Timur Pasar Kotagede, ada tambahan kata Baru.

Kemudian secara pribadi Subardjo HS mewariskan musik keroncong kepada anak-anaknya. Anaknya yang sulung, Niken Ambarwati lulusan sarjana pendidikan jurusan seni musik dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), disamping sebagai guru musik (menguasai flute dan gitar) juga bisa menyanyi. Wisnu Nugroho, anak nomer dua, saat ini bekerja di Indocement Cirebon, menguasai alat musik flute. Di Cirebon,Wisnu Nugroho kalau mau latihan keroncong musti menempuh jarak 15 km. Kalau pas mudik lebaran, dia tidak lupa membawa flute, kangen-kangenan ikut latihan di OK. Timpasko Baru bersama dua adiknya Wahyu Hidayat dan Anton Suryanto, anaknya Subardjo HS nomer tiga dan nomer empat. Wahyu Hidayat ini menguasai organ, flute dan saxsophon. Selepas dari ISI Yogyakarta (2004), Wahyu Hidayat datang ke Jakarta.bersenjatakan flute mengais rejeki dari hotel ke hotel. Pernah memegang saxsophon membantu acara Bukan Empat Mata nya Tukul Arwana. Sekarang Wahyu Hidayat membantu acara Panggung Keroncong TVRI Jakarta. Sedangkan anak Subardjo HS yang bungsu, Anton Suryanto lulusan ISI Yogyakarta (2012) jurusan musik gesek (biola), menyusul kakaknya kerja di Jakarta dengan mengandalkan menggesek biola. Pernah Anton Suryanto bersama rombongan orkestra menjadi duta bangsa main di negeri China. Kemudian, cucunya Subardjo HS, yang bernama Nisa Nur Fitriana berusia 15 tahun merupakan anaknya Wisnu Nugroho, sejak dari kecil dititipkan Subardjo HS, kini sedang belajar di Sekolah Menengah Musik (SMM)Bugisan Yogyakarta, menguasai alat musik jenis biola. Di kampong Dolahan, dibawah penanganan embahnya, Nisa Nur Fitriana ini ikut memperkuat OK. Timpasko Baru sebagai penyanyi. Sudah beberapa kali mengikuiti rekaman di Radio Swara Kenanga Yogyakarta dan tampil di Rumah Keroncong Yogyakarta di gedung Basiyo, XT Square Yogyakarta.
Subardjo HS benar-benar mewariskan harta yang tidak ternilai kepada anak-anak dan cucunya. Selain di OK. Timpasko Baru, Subardjo juga membantu latihan OK. Cahaya Muda dan OK. Kharisma di Jagalan, Banguntapan, Bantul. Juga masih sering Ke Solo diundang mbak Waljinah untuk membantu kiprah HAMKRI Surakarta. Di samping itu, di rumahnya di kampung Dolahan KG III/603 Kotagede, Subardjo HS masih sering kedatangan penyanyi-penyanyi tidak hanya keroncong tapi apa saja yang kepingin belajar teknik vokal. Mereka berasal dari Solo, Wonogiri, Jepara dan kota-kota kecil lainnya. Sebagaimana pesan Kusbini gurunya, agar kelak ilmu yang telah diperolehnya diamalkan terhadap sesama. Penyanyi yang akan mengikuti audisi datang ke rumahnya untuk memperoleh besutannya. Penyanyi yang akan mengikuti lomba dating kursus singkat ingin mendalami bagaimana teknik memegang mic, mengatur nafas, membuka mulut yang benar sehingga enak dilihat dan didengar,menguasai panggung, memilih lagu pilihan, memperdaya dewan juri. Semua datang ke tempat Subardjo HS. Sehingga pantas bagi Subardjo HS sebagai Panembahan Keroncong dari Kotagede.
Erwito Wibowo

Adalah penulis buku Toponim Kotagede, Asal Muasal Nama Tempat Diterbitkan Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya, Jakarta. Bekerjasama dengan Rekompak, Java Reconstruction Fund dan Forum Joglo (Forum Musyawarah Bersama Sahabat Pusaka Kotagede)Cetakan Pertama : April 2011 Alamat : Dolahan KG III/580 Kotagede Yogyakarta.

Please follow and like us:

tjroeng

Tjroeng Admin

One thought on “Subardjo HS, Panembahan Keroncong Dari Kotagede

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial