Siapakah Yang Harus Mengalah, Pemusik Atau Penyanyi?

Oleh  Ariyanta Rusmana

Ketika hadir dalam sebuah latihan keroncong pada suatu malam, saya memperhatikan seorang penyanyi yang baru datang. Ia sangat ingin bernyanyi diiringi musik keroncong, dan Ini adalah kali pertama ia mengikuti latihan bersama orkes keroncong tersebut. Karena ia adalah penyanyi Cafe, ia membawakan sebuah lagu popular, yang bukan termasuk lagu keroncong, stambul maupun langgam keroncong.

Penyanyi tersebut memilih untuk membawakan lagu berjudul “Dalam Kerinduan”, sebuah lagu The Mercy’s, yang pernah menjadi hits di tahun ‘70an.  Namun setelah sekian lama lagu dimainkan, di antara penyanyi dan pemusik tidak ada keselarasan. Si Penyanyi memegang ketukannya sendiri dan para musisi juga memegang ketukan mereka sendiri. Rupanya orkes keroncong ini belum pernah mengiringi lagu-lagu selain lagu keroncong. Pun demikian halnya dengan Si penyanyi yang juga samasekali tidak mengenal lagu-lagu keroncong.

Sampai dengan latihan usai, lagu itu tidak pernah rampung dimainkan. Penyanyi yang sudah bergelora ingin membawakan lagu kesayangannya tersebut akhirnya merasa kecewa karena lagu itu tidak dapat dibawakan semulus yang ia bayangkan.

Ketika penyanyi tersebut mohon diri untuk pulang, saya pun menjadi penasaran dan bertanya pada para musisinya, kenapa lagu tersebut tidak bisa dituntaskan hingga latihan usai.  Apakah karena para pemusik belum pernah mendengarkan lagu tersebut? Namun ternyata sebagian besar musisi di grup ini pernah mendengar lagu tersebut. Malahan ada seorang musisi yang berkomentar: “Si penyanyi itu tetap dengan ketukannya sendiri, sehingga nggak bisa masuk ke lagu. Padahal kita sudah mengiringi seperti mengiringi langgam pada umumnya.”

Saya masih tetap penasaran. Sepengetahuan saya, Si Penyanyi adalah penyanyi profesional, sehingga tidak mungkin tidak bisa bernyanyi. Akhirnya saya pun bertanya pada seorang teman yang mengerti tentang musik. Ia menjelaskan kemungkinan yang menyebabkan nyanyian Si penyanyi dan musiknya tidak bisa klop. Katanya, “Lagu itu berirama slow rock dan biasanya slow rock itu biramanya 6/8. Kemungkinan si penyanyi menyanyikan sesuai dengan ketukan aslinya, sedangkan musisinya memainkan musiknya dengan birama 4/4. Jadi itu kemungkinannya yang menyebabkan nggak bisa nyambung,” ujar teman saya tadi.

Pada saat orkes keroncong tersebut mengadakan latihan lagi di waktu berikutnya, saya kembali datang. Disana saya sampaikan apa yang dikatakan oleh teman saya, ttg kemungkinan penyebab tidak berhasilnya mereka menyelesaikan lagu  “Dalam Kerinduan” pada latihan yang lalu. Salah seorang musisi mengomentari, “Kalau begitu salah satu harus mengalah. Artinya penyanyi harus mengikuti musiknya. Soalnya kita ndak tahu pukulan 6/8 itu. Biasanya kalau langgam khan 4/4.”

Tak disangka ketika sedang membahas hal tersebut, Si penyanyi datang lagi. Rupanya dia juga  penasaran karena pada latihan lalu lagunya tidak dapat dibawakan secara tuntas. Saat itu disampaikanlah oleh pemusik bahwa untuk bisa membawakan lagu tersebut secara lancar,  Si penyanyi harus mengikuti ketukan musiknya. Menanggapi hal tersebut Si penyanyi menjadi bingung dan berkata, “Lha…lagu itu saya dengar seperti itu dari kaset. Lantas saya harus merubah seperti apa?”

Walaupun Si Penyanyi masih bingung, tetapi demi mencapai latihan yang lancar, toh akhirnya ia merubah caranya bernyanyi dan berusaha mengikuti instruksi dari para musisi. Latihan pun berjalan dengan lancar.

Tetapi bagi telinga saya, ketika lagu itu dibawakan dengan versi baru sesuai dengan keinginan para musisi, seperti ada sesuatu yang janggal terdengar. Seperti ada yang kurang tepat dan aneh. Jika diibaratkan sebagai manusia, rohnya entah kemana. Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak saya. Dalam kasus seperti ini, apakah lagu yang harus mengikuti musik, ataukah musik yang harus mengikuti lagu? Apakah pemusik yang harus mengikuti penyanyi, ataukah penyanyi yang harus mengikuti pemusik? Entah lah…

Namun benak saya menjawab, bahwa keduanya, baik penyanyi dan pemusik, seharusnya sama-sama mau belajar. Dalam kasus di atas, Pemusik harusnya mau belajar untuk  mengeksplorasi lagu-lagu di luar keroncong agar dapat diiringi dengan baik oleh irama keroncong, dan penyanyi pun juga harus belajar untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola musik keroncong. Yang terpenting bukan asal cepat selesai saja dengan mengalahkan salah satu pihak. Karena dengan sama-sama belajar, tidak perlu ada yang dikalahkan atau dimenangkan. Tidak perlu ada yang mengalah, karena semuanya akan berjalan dengan selaras.  Dan itulah inti dari keroncong: Keselarasan.

Please follow and like us:

tjroeng

Tjroeng Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial