Menggali Manfaat Musik Keroncong
Benarkah mendengarkan musik keroncong baik untuk kesehatan? Pertanyaan yang bernada skeptis itu sempat muncul dalam diskusi  komunitas keroncong di dunia maya hampir 4 tahun lalu. Topik yang dipicu oleh posting yang dikirim oleh Bapak Munifa Prijadi tentang aktivitas berkeroncong yang diselenggarakan di Rumah Sakit Darmo Surabaya tersebut selanjutnya berkembang dalam diskusi, dan beritanya pun sempat  diterbitkan di Buletin Tjroeng edisi Agustus 2010.
Penelitian yang mengungkapkan manfaat musik (secara umum) dalam berbagai bidang memang cukup banyak, termasuk dalam bidang kesehatan fisik maupun psikis manusia. Sebuah artikel  psikologi yang dimuat di majalah Time on line menyebutkan setidaknya terdapat 9 manfaat mendengarkan musik, di antaranya untuk relaksasi, meningkatkan kinerja, mengurangi rasa nyeri, meningkatkan kecerdasan baik kecerdasan otak maupun emosi, bahkan membantu dalam upaya penyelamatan jiwa. Dalam artikel tersebut tidak disebutkan genre musik secara spesifik, namun lebih menunjukkan tempo, ketukan, dan lirik lagu yang sesuai untuk efek tertentu yang diinginkan.
Belakangan ini terjadi perkembangan menarik terkait penelitian terkait genre musik keroncong. Keroncong tidak hanya diulas dalam perspektif seni, musik, atau sejarahnya. Tapi juga diteliti dampak dan pemanfaatannya secara praktis. Alfia Safitri, seorang mahasiswi keperawatan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta meneliti mengenai pengaruh musik keroncong jenis Langgam Jawa dalam menurunkan tingkat nyeri pada ibu yang menjalani proses persalinan. Dalam penelitian tersebut Alfia mencoba membandingkan teknik distraksi musik klasik Mozart dengan Langgam Jawa terhadap Tingkat Nyeri dan Kecemasan pada Ibu Primipara (ibu dengan kehamilan pertama). Berdasarkan uji penelitian, diperoleh hasil bahwa hasil bahwa distraksi langgam Jawa lebih efektif menurunkan nyeri dan kecemasan dibandingkan musik klasik karya Mozart. Penelitian lain terkait terapi keroncong untuk mengatasi nyeri juga dilakukan oleh Saepu Yasir, mahasiswa salah satu program studi keperawatan di Pekalongan. Kali ini dia mencoba melihat pengaruh musik keroncong dalam menurunkan tingkat nyeri pada pasien post-operation hernia di Rumah Sakit Umum Daerah Pekalongan. Hasil eksperimen menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dalam tingkat nyeri yang dialami pasien pasca operasi hernia setelah diberikan terapi musik keroncong.
Tidak hanya terbatas pada pemanfaatan keroncong untuk mengurangi nyeri, terdapat juga penelitian terkait pemanfaatan musik keroncong untuk kaum lanjut usia (lansia). Mencermati adanya masalah insomnia yang banyak dialami oleh kaum lansia, Aloysia Ispriantari, mahasiswi program Magister Studi Keperawatan Universitas Airlangga, dan Fina Yuli Wijayanti, mahasiswi program studi keperawatan Universitas Brawijaya meneliti kemungkinan pemanfaatan musik keroncong untuk membantu mengurangi tingkat insomnia tersebut. Kedua penelitian menunjukkan hasil yang positif. Yang menarik adalah kedua penelitian dilakukan pada sampel yang berbeda dan dengan metode yang berbeda pula. Fakta bahwa keduanya menunjukkan kesimpulan dan rekomendasi yang hampir serupa tentunya dapat menguatkan hipotesis kemanfaatan genre musik itu sendiri.
Dua penelitian lain yang menunjukkan manfaat positif mendengarkan musik keroncong bagi para lansia dilakukan oleh Desi Ratna Sari dan Sri Eko Purbowinoto. Desi Ratna Sari, mahasiswi STIKES St. Elizabeth, Semarang. Mahasiswi ini membuktikan bahwa para lansia penderita Hipertensi dapat menurunkan tekanan darahnya dengan cara mendengarkan musik keroncong. Musik keroncong yang bertempo lambat, dapat memberikan rasa nyaman, menenangkan, dan membuat tekanan darah menjadi normal. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Eko Purbowinoto, mahasiswa Universitas Muhamadiyah Surakarta. Mencermati gejala kemunduran fisik, psikologis, dan social yang sering dijumpai pada kaum lansia, penelitian ini mencoba menggali pemanfaatan musik keroncong dalam upaya penurunan tingkat depresi. Penelitian yang pernah dipresentasikan dalam konferensi nasional Persatuan Perawat Nasional Indonesia tahun 2013 ini menunjukkan bahwa terdapat pengurangan tingkat depresi pada lansia setelah mendapatkan terapi musik keroncong.
Menyimak kembali diskusi maya komunitas keroncong empat tahun lalu, kita patut berbangga bahwa musik nusantara yang kita cintai ini dapat turut berkontribusi dalam perkembangan dunia ilmiah. Bahkan mungkin juga sudah memberikan hasil nyata saat hasil penelitian tersebut benar-benar digunakan. Hasil penelitian di atas dapat menjadi satu dari banyak alasan untuk terus melestarikan, mengembangkan, dan memberdayakan aset tak berwujud milik bangsa ini. Tentu saja, masih perlu upaya-upaya lebih lanjut baik ilmiah maupun praktis dalam menggali potensi musik keroncong yang kita yakini masih belum banyak termanfaatkan. (ISNA)